Kampung – kampung adat adalah situs peninggalan leluhur orang Sumba yang menceritakan kearifan dan filosofi hidup leluhur orang Sumba. Maka sebagai generasi penerus sudah sewajarnya generasi muda Sumba melestarikan kampung – kampung adat sehingga beberapa generasi mendatang masih bisa merasakan dan belajar dari situs peninggalan leluhur mereka.

Revitalisasi kampung adat harus kita lalukan secepat mungkin agar dimasa depan generasi muda atau generasi setelah kita masih mau dan nyaman mendiami kampungnya. Fasilitas hunian modern harus disinergikan dengan rumah – rumah di kampung adat. Kampung adat pintar, bersih dan mandiri adalah tiga hal pokok yang harus diaplikasikan pada revitalisasi kampung adat.

Generasi baru kampung adat harus menjadi manusia – manusia pintar dan cerdas, dengan demikian kehadiran rumah pintar diperlukan didalam kampung adat sebagai sarana dan tempat belajar bagi generasi muda kampung adat. Didalam rumah pintar terdapat perpustakaan, beberapa unit komputer beserta fasilitas wifi, LCD proyektor, sarana belajar dan penunjang lain yang diperlukan. Walaupun hidup dan tinggal di kampung generasi muda kampung adat harus akrab dengan teknologi, melihat perkembangan dunia dengan google, berinteraksi dengan teman – temannya di facebook, belajar dan memanjakan mata di youtube. Generasi muda kampung adat harus bertransformasi menjadi manusia pintar dan cerdas pikiran maupun perbuatan.

Masyarakat kampung adat juga harus belajar bersampah dengan baik, belajar memilah sampah organik dan sampah anorganik kemudian mengatur pembagian wilayah (zoning) manusia dengan hewan peliharaan. Pemahaman dan pengetahuan mengenai pengelolaan dan sistem daur ulang sampah harus dipelajari dan diaplikasikan oleh masyarakat kampung, misalnya dalam pemanfaatan dan pengolahan sampah – sampah organik menjadi kompos maupun biogas.

Semestinya rumah – rumah pada kampung adat sumba dibangun kembali dengan memaksimalkan bahan lokal sehingga cirikhas, keunikan dan kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur orang sumba pada arsitektur kampung adat sumba dapat terus lestari dan terjaga.

Kayu merupakan material utama rumah – rumah pada kampung – kampung adat di Sumba, saat ini kayu menjadi material yang sulit didapat dan harganya sangat tinggi. Mengganti kayu dengan material alternatif lain yang lebih sustainable sangatlah tepat. Bambu adalah salah satu bahan lokal yang dapat menjadi alternatif pengganti kayu, bambu adalah bahan yang alami, serbaguna, terbaharukan dan dikenal dalam dunia arsitektur modern sebagai salah satu material untuk bangunan berkelanjutan, sustainable atau biasa dikenal dengan istilah green building. Penggunaan material bambu oleh masyarakat tradisional Sumba bukanlah hal baru, bambu sudah banyak digunakan pada bangunan – banguanan tradisional sebagai material pengisi atau pendukung, akan tetapi penggunaan bambu dengan cara modern, mengaplikasikan bambu sebagai material strukutur masih sangat sedikit bahkan tidak ditemui.

Bambu dapat menjadi bahan utama struktur karena daya tahannya, mempunyai kuat tarik dan elastisitas melebihi baja yang akan sangat efektif jika difungsikan dengan desain dan metode analisis yang tepat dan terukur. Kelemahan utama bambu adalah rentan terhadap serangan rayap dan jamur yang disebabkan tingginya kadar glukosa pada bambu. Zat glukosa tersebutlah yang sangat digemari rayap, maka pada proses pengawetan sejatinya adalah mengeluarkan zat glukosa dari dalam bambu. Metode pengawetan bambu bisa bermacam – macam mulai dari memasukan cairan garam (acid) yang tidak disukai rayap, merendam bambu kedalam lumpur, sungai atau air laut tiga sampai enam bulan, Ada juga yang menggunakan oli bekas, minyak tanah atau solar. Metode pengawetan bambu terbaru dan masih dalam tahap pengembangan yaitu menggunakan cairan borax – boric acid dengan metode kolam perendaman atau diinjeksi kesetiap batang bambu.

Kelemahan lain pada penggunaan bambu untuk struktur bangunan adalah kecendrungan terjadinya retakan pada sendi atau koneksinya (Frick, 2004). Penelitian yang dilakukan Kyushu University tentang penggunaan bout bersendi (bolt jointed), pasak kayu (wooden pegs) dan injeksi mortar (mortar injection) telah menunjukan hasil yang positif. Injeksi mortar digunakan untuk mengunci bout pada sendi dan mempererat koneksi antar batang bambu (Phanratamala, 2013).

Teknik sambungan bambu tradisional menggunakan tali atau ikatan yang jika dipandang dari cara pandang struktural maka sistem ikatan ini masih kurang memadai jika bambu ingin dimanfaatkan sebagai material utama struktur pada bangunan permanen. Untuk itu menurut Widyowijatnoko (2012) konstruksi bambu modern perlu campur tangan keteknikan (engineering) berupa penggunaan bolt jointed dan mortar injection pada titik – titik sambungan struktur yang membutuhkan kekuatan ekstra dan seefisien mungkin mempengaruhi berat bangunan keseluruhan. Material lokal yang lain seperti alang – alang, batu alam, anyaman daun lontar dan lain sebagainya wajib dipertahankan.

Kampung – kampung adat hanya dapat bertahan jika kampung – kampung adat tersebut dikelola dengan mandiri oleh sumber daya manusia (SDM) kampung adat itu sendiri. Lahan – lahan pertanian maupun perkebunan kampung adat harus dimanfaatkan dengan maksimal dan dipadukan dengan peran para ahli maupun penyuluh pertanian agar perkembangan dan kemajuan teknologi pertanian dapat diaplikasikan pada lahan – lahan pertanian maupun perkebunan kampung adat sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan memaksimalkan langkah – langkah pengolahan hasil pertanian maupun perkebunan paska panen.

Sumba The Megalithic Island dengan jutaan batu – batu kubur megalitik, alam Sumba yang hijau dengan hamparan sabana yang membentang luas sejauh mata memandang, topography tanah Sumba yang berbukit – bukit akan memberikan kesan wisata petualangan (adventure tourism) pada setiap Wisatawan yang mengunjungi Sumba. Maka sangat tepat jika Adventure Tourism menjadi brand dan konsep pengembangan pariwisata Sumba, Sumba The Megalithic Island.

Untuk mendukung konsep pariwisata adventure tourism di pulau Sumba maka perlu dibangun rumah tamu atau guest house pada setiap kampung adat di pulau Sumba sehingga para tamu atau wisatawan yang datang ke pulau Sumba dapat melihat dan berinteraksi, merasakan hidup menjadi masyarakat kampung adat.

Denpasar, 23 Juli 2016


Herman Umbu Billy