Belajar dari BANYUWANGI NOW

Dulu Banyuwangi hanyalah daerah singgah Wisatawan saat menuju Bali melalui jalan darat, disinggahi karena terpaksa dan mendesak misalnya menunggu jadwal penyeberangan kapal. Dulu Banyuwangi juga memiliki predikat negatif misalnya tempat santet ataupun "pemasok" oknum kriminal ke Bali dan lain sebagainya.

Kini Banyuwangi tertata, berkonsep dan menjadi tujuan wisatawan (domestik & mancanegara). Sejak 2010, dibawah kepemimpinan Bupati Azwar Anaz Banyuwangi berupaya mencari sisi positif dan potensi Banyuwangi kemudian mengembangkannya.

Pengembangan dan penataan dengan memberi peran desain pada penataan Banyuwangi mengajak Arsitek Andra Matin, Budi Pradono, Adi Purnomo, Yori Antar dan Gregorius Supie Yolodi untuk berkolaborasi mulai dari Gerbang Daerah (Bandara Banyuwangi, Terminal Pariwisata Terpadu), Fasilitas Wisata Alam (Grand Watu Dodol), Akomodasi (Sahid Osing Kemiren Banyuwangi, Hotel Blambangan), Fasilitas Olahraga (Stadion Diponegoro Banyuwangi, Tribune Lapangan Atletik Tawangalun, Dormitory Atlet, I Shelter), Kawasan Pendopo Sabha Swagata Blambangan (Pendopo Sabha Swagata, Guest House Pendopo, Lanskap Pendopo, Musala Pendopo), Ruang Publik (Taman Blambangan, Taman Kedayunan, Taman Sayu Wiwit) hingga Fasilitas untuk Masyarakat (Gedung Juang '45 Banyuwangi, Rektorat Poliwangi).


GERBANG DAERAH

Menghadirkan bandara yang representatif sebagai gerbang pertama yang dapat menciptakan impresi awal terhadap Banyuwangi, tidak seperti bandara lainnya di Indonesia yang didominasi oleh material kaleng (besi, aluminium, dan lainnya) Bandara Banyuwangi didominasi oleh material beton, kayu mulai dari plafond, kusen hingga pada kursi ruang tunggunya, Arsitek Andra Matin juga menghadirkan elemen air dan lanscape yang terdesain pada Bandara Banyuwangi.

Terminal Pariwisata Terpadu sebagai fokus gerbang daerah melalui moda transportasi darat yang mengintegrasikan fungsi sebagai Travel Information Center, Agen Perjalanan, Pusat Jajanan dan Oleh-oleh, Pasar Buah khas Banyuwangi, Food Court dan penginapan tipe dormitory bagi Wisatawan.

FASILITAS WISATA ALAM

Dengan wilayah kabupaten terluas di Jawa Timur, bahkan di Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki kekayaan alam yang sangat variatif. Kabupaten Banyuwangi memiliki tiga taman nasional dan garis pantai yang mencapai 175 kilometer. Keunikan fisik alam Banyuwangi juga terlihat dari kedekatan antara puncak gunung dengan lepas pantai yang menghadap ke selat Bali. Tidak dapat dipungkiri, sektor pariwisata alam menjadi salah satu potensi yang dimiliki Banyuwangi untuk dapat dikembangkan. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyiapkan potensi tersebut dengan mempersiapkan infrastruktur yang optimal agar wisatawan dapat menikmati kekayaan wisata alam Banyuwangi dengan maksimal.

AKOMODASI

Akomodasi merupakan salah satu elemen paling utama dalam sebuah destinasi wisata. Sebagai daerah yang sedang memperbaiki citra dan mempersiapkan diri sebagai tujuan wisata unggul, Banyuwangi serius memenuhi kebutuhan akomodasinya. Bupati Azwar Anas menetapkan hotel-hotel milik pemerintah menjadi standar pengembagan hotel bagi investor yang ingin mengembangkan sektor hospitality di Banyuwangi.

Salah satu ciri khas Kabupaten Banyuwangi adalah keberadaan masyarakat suku Osing sebagai penduduk asli Banyuwangi. Dengan kesenian dan arsitektrunya yang unik, keberadaan suku Osing di Banyuwangi menjadi daya tarik tersendiri. Seiring dengan aktif diadakan berbagai festival di daerah ini, salah satu bentuk akomodasi yang berkembang pesat dan paling diminati adalah homestay yang dalam perkembangannya kemudian Pemerintah membangun villa dan hotel sebagai akomodasi alternatif untuk memperluas jangkauan wisatawan salah satunya adalah villa dan penginapan di desa Kemiren yang didesain oleh Arsitek Andra Matin dan dikelola oleh pihak swasta (Sahid Hotel & Resort) yang diberi nama 'Sahid Osing Kemiren Banyuwangi'.

Selain Sahid Osing Kemiren Banyuwangi, Andra Matin juga berkontribusi pada proses desain dan renovasi Hotel Blambangan yang dulunya memiliki reputasi kurang baik namun Hotel Blambangan kini dapat bersaing dengan bisnis hospitality lain di Banyuwangi.

FASILITAS OLAHRAGA

Pertandingan olahraga antar daerah, terlebih yang bertaraf internasional merupakan kesempatan untuk memperkenalkan sebuah daerah kepada banyak orang. Banyuwangi mendapat kesempatan saat ditunjuk sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur pada tahun 2015 yang lalu. Sejak 2012 juga Banyuwangi dipilih menjadi salah satu lokasi pertandingan sepeda internasional dibawah Union Cycliste Internationale yang diberi tajuk Tour de Ijen. Membangun fasilitas olahraga juga adalah upaya mendukung upaya pengembangan sumber daya manusia khususnya generasi muda Banyuwangi.

Salah satu pencapaian paling signifikan oleh Kabupaten Banyuwangi sebagai hasil dari perbaikan citra daerah adalah penyelenggaraan Tour de Ijen. Perhelatan balap sepeda dibawah Union Cycliste Internationale ini menjadi indikasi bahwa Kabupaten Banyuwangi memenihi standar untuk menggelar ajang balap sepeda tingkat dunia, salah satu dari infrastruktur itu adalah shalter atau checkpoint.

KAWASAN PENDOPO SABHA SWAGATA BLAMBANGAN

Pembaharuan citra Kabupaten Banyuwangi yang terlaksana pertama kali adalah pada Kompleks Pendopo Sabha Swagata. Bersama Arsitek Adi Purnomo dan Andra Matin kompleks yang tadinya kumuh, tertutup dan tidak mencerminkan kewibawaan Pemerintah berubah total. Bukan hanya menjadi asri, hijau, dan berisi bangunan dengan arsitektur yang ikonis, kompleks pendopo juga berubah menjadi ruang publik.

RUANG PUBLIK

Kehadiran ruang publik yang fungsional merupakan elemen penting disuatu area perkotaan namun terkadang ruang publik hanya menjadi area resapan air hujan. Kalaupun berfungsi sebagai taman yang sering ditemui sebagai masalah adalah tertutupnya taman oleh pagar, atau tidak adanya pemicu aktivitas didalam taman sehingga malah berpotensi menjadi ruang negatif. Sejak dipimpin Bupati Azwar Anas, Banyuwangi mulai memiliki ruang publik yang fungsional. Kebanyakan ruang publik diadakan pada ruang terbuka hijau (RTH) yang ditata untuk mendukung aktivitas warga.

FASILITAS UNTUK MASYARAKAT


Pembangunan berwawasan ekoturisme di Banyuwangi dimaksudkan agar masyarakat setempat dapat turut memperoleh keuntungan dari berkembangnya daerah tersebut. Pembangunan ini dimaknai dengan pemerataan penyediaan fasilitas yang bukan hanya berfokus pada kenyamanan wisatawan sebagai komoditas pariwisata, namun juga kesejahteraan hidup masyarakatnya. Untuk itu, fasilitas untuk masyarakat juga turut dikembangkan dengan desain yang baik.

Fasilitas untuk seni, budaya dan pendidikan merupakan salah satu fokus pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Harapannya seluruh masyarakat dapat melihat dan merasakan pembaharuan yang dilakukan pemerintah terhadap Banyuwangi. Dengan memperoleh akses pada fasilitas yang didesain dengan baik, wawasan dan apresiasi masyarakat terhadap desain dapat ditingkatkan, khususnya terhadap lokalitas yang diterjemahkan secara kontemporer seperti yang diterapkan pada Gedung Juang '45 Banyuwangi dan Rektorat Poliwangi.

SMART KAMPUNG "Digitalisasi dari Kampung"

Program Smart Kampung adalah program berbasis desa. Program ini terbukti efektif dalam menggerakan ekonomi lokal, terutama warga desa. Instrumen teknoligi informasi dan komunikasi (TIK) mampu mendorong kreativitas warga dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif.

Memilih smart kampung bukan smart city, karena memang tantangan Banyuwangi ada di kampung/desa bukan di kota. Ada dua tantangan utama yaitu infrastruktur termasuk infrastruktur TIK yang masih minim dan kapasitas SDM yang perlu ditingkatkan.

Tujuh kriteria "Smart Kampung" yaitu:

  1. Pelayanan Publik,

  2. Pemberdayaan Ekonomi,

  3. Pelayanan Kesehatan,

  4. Pengembangan Pendidikan, Seni dan Budaya,

  5. Peningkatan Kapasitas SDM,

  6. Integrasi Pengentasan Kemiskinan,

  7. Melek Informasi Hukum,

Seluruh kriteria diatas diimplementasikan dalam program yang menyentuh kepentingan publik, TIK menjadi pendorong untuk menjalankan program sesuai tujuh kriteria tersebut diatas.

Untuk pelayanan public, desa "smart kampung" sudah berbasis TIK, warga yang membutuhkan surat, memerlukan tanda tangan camat tidak perlu ke kecamatan, cukup di balai desa karena sudah tersambung dengan kecamatan. Pengurusan surat pernyataan miskin (SPM) yang dulunya memakan waktu hingga enam hari, lewat TIK dipangkas menjadi 6 jam, Dulu warga harus datang ke sejumlah kantor untuk mengurus semua syarat yang dibutuhkan dalam pengurusan SPM, tetapi kini cukup datang ke balai desa, urusan selesai.

Untuk pemberdayaan ekonomi, Smart Kampung menjadikan balai desa sebagai pusat ekonomi produktif melalui pengembangan berbagai jenis usaha yang difasilitasi pelatihannya oleh pemerintah daerah, seperti batik dan produk olahan pertanian. Operator di desa juga yang akan menghubungkan produk-produk potensial UMKM desa ke situs belanja online banyuwangi-mall.com.

Untuk pelayanan kesehatan, balai desa menjadi jangkar bagi posyandu yang ada sekaligus memudahkan warga miskin dalam memperoleh surat yang akan digunakan untuk pengobatan. Sedangkan untuk pelayanan pendidikan, desa menjadi pendorong penuntasan wajib belajar 12 tahun, didukung Relawan Banyuwangi mengajar, yaitu para alumnus baru perguruan tinggi, yang ditempatkan ke desa ini. setiap desa "Smart Kampung" wajib memiliki perpustakaan. Demikian pula untuk pengembangan seni budaya dimana balai desa menjadi simpul bagi aktivitas seni warga, sanggar-sanggar seni berlatih bersama, mulai dari seni tari, musik, sampai pencak silat menyesuaikan minat dan bakat warga masyarakat setempat.

Semua pelatihan guna peningkatan kapasitas SDM dipusatkan di balai desa, mulai dari pelatihan bahasa, tanggap bencana hingga TIK. Ada juga program informasi hukum, warga desa di Banyuwangi didorong untuk melek hukum, salah satu contohnya adalah 'Banyuwangi Children Center' disosialisasikan insentif ke desa, sehingga warga mengetahui harus melakukan apa ketika terjadi kekerasan terhadap anak. Smart Kampung juga menjadi instrumen untuk mempercepat inklusi keuangan alias membuat warga semakin melek keuangan yang akan disinergikan dengan Bank Indonesia (BI) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Program Smart Kampung menyemangati desa-desa menampilkan pelayanan publik terbaiknya. Sejak diluncurkan pada mei 2016 oleh Menkominfo Rudiantara, kini ada 170 desa yang teraliri internet berbasis serat optik (fiber optic) dari total 189 desa.

SMART KAMPUNG ADALAH PROGRAM PENGEMBANGAN DESA YANG MEMILIKI TUJUAN UTAMA MENDEKATKAN PELAYANAN PUBLIK KE LEVEL DESA.

Command Center Kabupaten Banyuwangi, terkoneksi dengan 300 lebih CCTV di seluruh fasilitas publik dan jalur utama Kabupaten Banyuwangi.

Bersama Bupati Kabupaten Banyuwangi (2010-2020) Abdullah Azwar Anas (tengah), Zandry Aldrin(kiri) dari Jejaring Komunitas Ternate (Jarkot) dan Umbu Billy (Kanan) CEO CIVILARC.ID, SMH dan Korda NTT ICCN.