LOKALITAS - MASA DEPAN BANGSA INDONESIA

Kali ini saya ingin menulis mengenai konsep pendidikan yang akan kita bangun bersama dimasa depan, yang akan kita bangun di Sumba, yang kami yakini dapat memberikan dampak yang kuat bagi upaya bersama penguatan jatidiri bangsa kita. Indonesia adalah kumpulan dari 263.9 juta jiwa manusia (66% usia produktif), 16.056 pulau, 300 kelompok etnis, 1.340 suku, 515 kota & kabupaten, 132 juta adalah masyarakat digital pengguna internet (40%) aktif sosial media. Indonesia sejatinya adalah kumpulan dari banyak bangsa yang bersepakat menjadi satu bangsa yang berbhineka tunggal ika.

Sejak dulu leluhur kita membuktikan bahwa kita mampu memproduksi sendiri kebutuhan hidup kita, mampu memproduksi produk untuk kehidupannya sehari-hari. Butuh pakaian mereka menenun, butuh peralatan untuk makanan, mereka membuatnya dari kayu, bambu ataupun batok kelapa, butuh tempat sirih pinang, mereka menganyamnya, butuh alat musik mereka membuatnya sendiri, bahkan butuh rokok mereka melintingnya sendiri dari tembakau dan daun jagung yang telah dikeringkan, belasan tahun lalu saya masih menyaksikan bagaimana Kakek saya menikmati lintingan tembakau yang diproduksinya sendiri. Leluhur Bangsa kita mewariskan DNA kreativitas kepada kita, mewariskan keilmuan dan pengetahuan yang dirajut puluhan bahkan ratusan tahun hingga terwariskan kepada kita saat ini, yang seharusnya semangat, karya, kreativitas, keilmuan dan pengetahuan ini juga harus kita wariskan kepada generasi yang lebih muda, generasi baru kita di masa depan. Dalam rangka menaikan nilai dari produk warisan masa lalu kita perlu melakukan inovasi untuk mengembangkannya, seperti yang dilakukan sahabat saya Yosephin @PutriSavu seorang fashion designer yang mencoba mengembangkan produk turunan dari tenun ikat menyesuaikan desainnya dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat saat ini, sekaligus melahirkan trend baru di masyarakat pecinta tenun ikat, sehingga bertambahlah nilai dan fungsi dari tenun ikat tersebut. Foto dibawah ini merupakan salah satu karya Yosephin.

Selain produk berupa barang, Leluhur kita juga mewariskan begitu banyaknya atraksi budaya mulai dari tari-tarian, musik, hingga berbagai macam prosesi budaya, menyambut masa tanam hingga masa panen. Bayangkan saja berapa banyak tari-tarian, musik tradisional, berbagai macam prosesi adat budaya yang dimiliki oleh Indonesia? negara yang terdiri dari 300 kelompok etnis dan 1.340 suku ini. inilah kita Bangsa Indonesia, inilah kekuatan kita sebagai suatu Bangsa yang berbhineka.

Jika hari ini kita mulai berkenalan dan mendokumentasikan orang-orang yang masih setia menjaga warisan keilmuan dan pengetahuan leluhur bangsa kita, maka kita akan menemukan orang-orang seperti penenun Maria Babang Noti yang merupakan spesialis tenun ikat dengan corak biru yang sangat kuat, Almarhum Umbu Karudi seorang pemahat megalithic yang menghasilkan karya pahatan pada batu-batu besar di Sumba, pemusik jungga Umbu Haling, ada juga Kahi Ata Ratu seorang pemusik tradisional Sumba yang bahkan sudah dikenal luas oleh pencinta dan penikmat musik etnik di seluruh dunia, Ata Ratu bahkan memiliki jumlah penonton tertinggi pada YouTube Sumba.TV dan Bentara Budaya Bali, sahabat saya Elson Umbu Riada yang mengabdikan hidupnya untuk membangun Sumba melalui musik, Elson mendirikan Sanggar OSA yang bahkan mampu melahirkan gendre atau ragam musik sendiri yaitu genre OsamuethniC yang memadukan antara alat dan cara bermusik tradisional dengan modern style. Elson juga melakukan penelitian terhadap alat-alat musik yang sudah hilang atau punah, kemudian memproduksinya kembali.

Semua yang saya ceritakan diatas, warisan besar dan kaya dari leluhur bangsa kita, saya sadari di tahun 2017 yang lalu, pada saat kami mulai membangun Sumba.TV. Saat ini kami di SumbaMedia HUB didukung penuh olah CIVILARC.ID sudah memiliki road map untuk membangun ekosistem kebudayaan di Sumba, membawa pemikiran, keilmuan dan pengetahuan masa lalu ke masa depan. Mulai dari www.sumba.tv (2017), kemudian www.sumbathejourney.com (2019), e-commerce 'KIOS' yang direncanakan sejak 2018, namun baru mendapat ijin pada tahun 2020, tahun depan (2021) kami juga merencanakan menggelar 'HUMBAFEST' yang merupakan festival dengan tujuan memberi semangat, menjaga api kreativitas sekaligus memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang-orang seperti Almarhum Umbu Karudi, Umbu Haling, Maria Babang Noti, Kahi Ata Ratu, Elson Umbu Riada dan teman-teman di Sanggar Osa. Kami juga telah menyelesaikan detail perencanaan, ekosistem hingga business plan Waibakul.City Creative Space "Sumba Break Time" yang saat ini desainnya ikut serta pada Human City Design Award yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Seoul dan Asean Placemaking Award yang diselenggarakan oleh salah satu NGO yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia. Sejak 2019 kami juga membangun program spesial Flores Experience; Melihat perkembangan dan peningkatan kualitas kopi Bajawa Flores, kopi yang telah dikenal oleh pencinta kopi diseluruh dunia. SumbaMedia HUB ingin memulai program dokumentasi dan publikasi Flores berbasis liputan, data dan penelitian yang berkelanjutan melalui kopi Flores Bajawa ini dan program ini diberi nama "FLORES experience". program ini lahir setelah sebelumnya SumbaMedia HUB telah merilis program dengan konsep yang sama yaitu "Sumba The Journey" dan pada tahun 2020 ini kami juga sedang membangun platform info kota www.labuanbajo.city. Pada 2018 salah satu desain saya yaitu Sekolah Dasar Tradisi dan Budaya Sumba juga ikut pada Venice Architecture Biennale di kota Venesia, Italia bersama rombongan @inbetweenboundaries yang dikurasi oleh Arsitek Budi Pradono. Selanjutnya setelah setelah selesai membangun creative space di kota Waibakul dan kota Waingapu kami juga berkomitmen untuk membangun Sekolah Dasar Tradisi dan Budaya Sumba ini, sebagai komitmen dan langkah strategis meneruskan keilmuan dan pengetahuan leluhur kepada generasi baru, generasi yang lebih muda. Lokasinya sudah ada, yayasan juga telah kami dirikan sebagai bagian dari proses pembangunannya.

Menyadari arus perubahan yang sangat cepat pada teknologi informasi, lahirnya platform-platform media baru termasuk sumba.tv dan sumba the journey yang pada akhirnya merubah tatanan dan tradisi masyarakat khususnya generasi yang lebih muda dalam menyerap informasi, termasuk cara mereka belajar di masa depan. Kalau dulu kita menyerap ilmu melalui membaca, sekarang kita mulai melihat generasi yang lebih muda mulai meninggalkan minat membaca, mereka cenderung membuat dan menonton berbagai macam film dan video yang rasanya akan lebih mudah diserap oleh otak sapiens muda yang terus berkembang sesuai masa dan zamannya. Generasi paling muda dari manusia adalah generasi alpha yang merupakan perwujudan dari generasi visual, generasi yang sejak lahir di dunia mereka sudah bersentuhan dengan perangkat digital termasuk video. Dimasa depan mereka akan merasakan bagaimana dunia semakin maya (saat ini selain membangun dunia nyata dengan beton dan sampah, kita manusia juga sedang membangun dunia virtual). Video dan film, khususnya film dokumenter dan saint fiction adalah cara belajar mereka generasi alpha, kita generasi sebelum mereka akan melihat bagaimana perubahan fundamental akan terjadi pada sistem belajar, sekolah dan pendidikan yang kita kenal selama ini dalam beberapa tahun lagi.

Kami di SumbaMedia HUB & CIVILARC.ID merasa terpanggil dan berkewajiban menyiapkan berbagai portal digital dan materi dokumentasi audio visual yang akan menjadi bagian dari konten media belajar generasi baru dimasa depan, kami ingin di masa depan mereka dapat belajar dari leluhurnya di masa lalu, dapat melihat dan mengenal jatidirinya di kampung-kampung adat, melalui karya dan pemikiran yang tumbuh serta hidup pada pola dan laku hidup masyarakat adat. kami di Sumba.TV membangun dua label film yaitu 'Film Sekolah' dan 'Film Kampung', karya perdana film kampung adalah 'Ringulangu', silahkan menonton.

Selain membangun program dan label film kami juga telah melangkah lebih jauh dengan membuat perencanaan detail Waibakul.City Creative Space "Sumba Break Time" yang akan difungsikan sebagai ekosistem industri kreatif tidak hanya di kota Waibakul tetapi untuk Sumba sebagai kesatuan pulau. Desain Waibakul.City Creative Space “Sumba Break Time” saat ini sedang diikutsertakan pada Human City Design Award yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Seoul - Korea Selatan dan Asean Placemaking Award yang diselenggarakan oleh NGO yang berpusat di Kuala Lumpur - Malaysia.